Album Penuh Studio Kedua Sal Priadi, MARKERS AND SUCH PENS FLASHDISKS Menjadi Perbincangan Pendengar Di Media Sosial.






  Jakarta, 25 Mei 2024, Album penuh studio kedua Sal Priadi, MARKERS AND SUCH PENS FLASHDISKS yang dirilis pada 30 April 2024 menjadi banyak perbincangan banyak pendengar di media sosial. Banyak dari pendengar memiliki track unggulan masing-masing dari album yang berjumlah 15 track ini. 

 
 Dalam penggarapannya, Sal Priadi berkolaborasi dengan enam produser: Gusti Irwan Wibowo, Rifan Kalbuadi, Lafa Pratomo, Mahatamtama Arya Adinegara, Rendy Pandugo dan Petra Sihombing. Gusti Irawan Wibowo memproduseri track “Dari planet lain” — track yang juga viral di media sosial dan dipakai untuk banyak lagu latar video. Selain itu, ia juga memproduseri track “Yasudah,” “Episode,” dan “Foto kita blur.”

  Ini merupakan kerja profesional pertama Gusti dengan Sal. Menurutnya, salah satu tantangan dalam memproduseri album ini adalah membuat lagu yang memiliki nuansa kontemplatif tapi juga bisa punya banyak wajah di hasil akhirnya. Salah satunya lagu “Dari planet lain”. Salah satu resep yang membuat pendengarnya merasa ketagihan adalah sisipan nuansa luar angkasa yang diramu dengan komposisi lagu berdurasi pendek. Mungkin, sisipan itulah yang membuat melodinya jadi nempel di pendengar.

   “Ada juga momen lucu dan memorable dalam penggarapan album ini, saat rekaman ‘Foto kita blur’. Jadwalnya selalu mundur, eh ternyata Sal sedang menuliskan lagu “Foto kita blur” di tempat. Ini menarik banget, jadi dia rekam dulu reff-nya, udah beberapa kali take, setelah itu pas lagi preview untuk pemilihan vokalnya dia menulis lirik tambahan,” cerita Gusti.

 Selain Gusti, MARKERS AND SUCH PENS FLASHDISKS juga melibatkan kerja bersama Rifan Kalbuadi. Ia memproduseri lagu yang mengundang nuansa haru nan sedih, “Gala bunga matahari” dan track penutup “I’d like to watch you sleeping”. Menurut Rifan, dalam meramu “Gala bunga matahari” yang disebutnya sebagai salah satu lagu yang sangat sentimentil, salah satu tantangannya adalah menyampaikan pesan yang dikandung lagunya dengan menonjolkan vokal Sal Priadi.

  “Sal kirim voice note dengan vokal dan gitar ke gue. Itu udah jadi versi yang sangat bagus. Nah, kemudian tantangannya adalah gimana gue bisa tetap menonjolkan itu di versi final ‘Gala bunga matahari’ sekaligus bisa menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan di musik itu kepada pendengar,” kata Rifan.

   Versi final “Gala bunga matahari”, seperti yang bisa kita dengarkan bersama, didominasi oleh suara piano dan string yang pendekatannya berbeda dengan versi demonya.Produser kawakan, Lafa Pratomo, juga ambil bagian. Ia memproduseri “Hi, selamat pagiii”, “Zuzuzaza”, “Ada titik-titik di ujung doa” dan “Di mana alamatmu sekarang.” Bersama dengan Gusti, Lafa menjadi produser paling banyak yang memproduseri track di album ini, masing-masing empat lagu.

  Lafa Pratomo telah memproduseri karya Sal sejak “Amin Paling Serius” (2018). Bagi Lafa, Sal adalah seniman yang memperlakukan karyanya secara menyeluruh. Baik secara tekstur rasanya, hingga narasinya. Salah satu momen “lucu” dalam penggarapan album ini yang juga tak terlupakan oleh Lafa adalah ketika menggarap “Ada titik-titik di ujung doa”. Ketika itu, materi lagu tersebut sudah tinggal tahap penyelesaian akhir. Namun, datang pesan ‘bencana’ dari Sal. “Waktu itu kami sudah jalan untuk mixing dan itu sudah revisi ke berapa kali dan lagunya memang sudah bungkuslah, sekitar 96%-97%. Di titik itulah Sal Priadi tiba-tiba bilang di grup WhatsApp, kata-katanya kurang lebih seperti ini, ‘Maaf nih aku tahu ini tidak dibenarkan dan aku juga paham kalau ini sangat tidak terpuji. Tapi ini beneran aku harus ganti liriknya. Harus ada lirik yang diganti.’ Sementara itu lagunya sudah mau bungkus nih aku cuma ketawa-ketawa doang,” kenang Lafa.

  Mahatamtama Arya Adinegara memproduseri track “Semua lagu cinta” dan “Lewat sudah pukul dua, makin banyak bicara kita.” Ia juga merupakan kolaborator lama Sal, sejak album “Berhati” (2020). Sementara keduanya sudah saling mengenal secara personal sejak medio 2010. Bagi Mahatamtama, salah satu yang menyenangkan di proyek terbaru kolaborasinya bersama Sal adalah revisi yang tidak terlalu banyak. Sebab, sebelumnya, revisi bisa terjadi hingga lima kali. Bahkan, bisa membuat ulang musiknya dari awal. “Semua produser yang terlibat di album ini cukup baik dalam menerjemahkan cerita yang disampaikan Sal di masing-masing lagu yang dikerjakan. Mau bagaimanapun bentuk musiknya, akan selalu terasa rasa Sal Priadinya,” kata Mahatamtama.

  Nama berikutnya yang terlibat adalah Petra Sihombing. Ia adalah nama produser di balik lagu populer “Kita usahakan rumah itu” dan “Mesra-mesraannya kecil-kecilan dulu” yang lebih dulu dirilis tahun 2022. Selain menjadi produser, Petra adalah tetangga Sal, yang mulanya hanya saling bertukar pikiran tentang lagu bagus. Sebagai produser yang lebih dulu bekerja, Petra pun membagikan kisah mengharukan ketika proses penggarapan yang ketika itu dilakukan pada masa pandemi. “Semua berawal dari obrolan. Dua lagu yang gue kerjakan itu juga yang paling awal dirilis dan sekarang menjadi bagian dari album MARKERS AND SUCH PENS FLASHDISKS. Dikerjakan saat masa pandemi, mulainya justru karena kami bertetangga. Banyak obrolan dan akhirnya kami juga saling memperdengarkan lagu masing-masing,” cerita Petra Sihombing

  “Saat take ‘Mesra-mesraannya kecil-kecilan dulu’, lagu yang sangat menyentuh hati itu salah satu momen yang gue inget, Sal sampai nggak kuat banget nyanyi, akhirnya dia menangis. Dia lalu keluar studio, gue pun akhirnya video call, kami ngobrol di video call, dan break rekaman dulu sampai bisa take lagi masuk studio,” kenang Petra.

  Nama produser terakhir yang terlibat di MARKERS AND SUCH PENS FLASHDISKS adalah Rendy Pandugo. Ia memproduseri track “Biar jadi urusanku”. Track ini digubah dari puisi ciptaan Sal. Proses pengerjaan track yang mempertemukan duo Taurus ini membutuhkan waktu yang cukup lama, hingga dua tahun. Di lagu ini, salah satu yang menarik adalah dimasukkannya unsur sentuhan musik 90-an. “Sejujurnya project ini tuh cukup challenging buat gue karena baru pertama kali mendapatkan lagu yang seperti ini. Gue mengira lagu ini nggak akan masuk di album karena musiknya sudah selesai pada 2022. Setelah dua tahun kemudian gue baru dikabari lagi untuk beresin vocal dan lain-lainnya. Kayaknya gue nggak akan lupa sih momen kagetnya setelah dua tahun kemudian tiba-tiba ditelepon untuk beresin lagu ‘Biar jadi urusanku,’” kata Rendy.

  Menikmati album MARKERS AND SUCH PENS FLASHDISKS juga layaknya menikmati satu keutuhan karya film yang memiliki kisah cinta multidimensional. Bersama keenam produser, Sal meracik kisah yang penuh ragam. Tentu, dengan benang merah yang sangat bisa dirasakan jika didengarkan dari depan sampai belakang. Untuk menggenapinya, Sal Priadi juga merilis visualisasi utuh album MARKERS AND SUCH PENS FLASHDISKS yang dibintangi oleh seluruh pemeran dari seluruh video musiknya dan dapat disaksikan di Kanal YouTube Sal Priadi: Full Album Visualizer.

Comments

Popular posts from this blog

Vidio Original Series Gelas Kaca: Potret Pelik Ujian Cinta Dan Kesetiaan Dalam Rumah Tangga

Film Horor Misteri 'Lembayung' Terinspirasi Dari Kisah Nyata Dan Merupakan Karya Perdana Baim Wong

FILM SAKARATUL MAUT KARYA TERBARU SIDHARTA TATA